Sabtu, 24 Juli 2010

Gombal gagal

In his white car.

Gue: Ndro, kok diem aja sih? (muka jail)
Andro: Mau apa lu emangnya?
Gue: (mikir bego)
Andro: Anyway... Still you don't believe in miracle, do you?
Gue: I do
Andro: (noleh pelit)
Gue: (muka mancing)
Andro:You don't believe it
Gue: Gue percaya
Andro: Ngeh?
Gue: I even got it
Andro: If you tryna lying , I'd go with say that I didn't love you
Gue: I did that miracle
Andro: (muka nanya)
Gue: It was you (muka manis nahan cekikikan)
Andro: (diem, ga ada ekspresi)
Gue: Yah kok lo ga geer murahan gitu sih?
Andro: Manis sih
Gue: (bertanya: apa yg manis?)
Andro: Tapi ga semanis perasaan lo ke gue
Gue: Oh yeeeeeeeeeeeeeeeah -_-

Minggu, 04 Juli 2010

Di radio, Aku dengar...

Penutup sebuah siaran malam:

"Well you have to know. That's sweet, when there is someone who knows every detail about you. Not because you keep reminding on him, but because he pay attention"
Whether this is applies on real world?

Jakarta: Ketika Permak Levis menjadi Vermak Lepis

Beda orang, beda kondisi, beda situasi dan beda dalam menanggapi.

Orang : "Yaampun busway kok penuh banget? Ngga memuaskan nih pelayanannya"

Orang lainnya : "Alhamdulillah busway penuh gitu, akhirnya pada banyak yang milih naik angkot saya"

-----

Orang: "Ewww ini petugasnya kok banyak banget ya? Makan gaji buta banget sih"

Orang lainnya : "Petugasnya cuma segini ya, coba bandingin sama dulu, jauh lebih banyak jadi pelayanannya oke"

Orang lainnya : "Syukur deh pegawai ditambah, jadi kita ga cape cape banget"

Orang lainnya : "Haduh, pegawai nambah, pengeluaran gaji karyawan nambah"

-----

Orang : "Ih kok promo murah nya udahan sih? Kan kalo mau makan disitu jadi beli yang mahal lagi deh"

Orang lainnya : " Alhamdulillah promo nya udah abis, jadi store ngga terlalu rame, jadi bisa nafas sedikit"

-----

Orang : "Kenapa sih cowok gue mutusin gue? Gue sedih banget"

Orang lain : " Syukur deh mereka putus, mungkin ini saatnya gue ngungkapin perasaan gue"

-----

Orang : "Gila ya nih kampus! Belom apa-apa uang semesteran naik lagi, naik lagi! Korupsi banget tuh orang-orang rektorat!"

Orang lain : "Wah akhirnya ada tambahan dana juga untuk riset kita"

Orang lainnya : "Alhamdulillah gaji naik, walau cuma tukang potong rumput di taman kampus, jadi bisa tetap nyekolahin anak"

-----

Orang : "Gila kali ya pemerintah, jalanan Jakarta yang normal aja kalo udah traffic hour macetnya parah banget. Nah, ini mau ditambah bikin busway yang minta seperempat ruas jalan. Ga kebayang gue"

Orang lainnya : "Ih untung ya ada busway, kalo mau ngantor jadi lebih murah, cepat dan aman"

Orang lainnya : "Ah! gara-gara busway nih setoran gue tiap hari ngurang! Bisa bangkrut kalo kayak gini terus"

Orang lainnya : "Untung banget ada busway, biasanya kalo mau ke PIM (Pondok Indah Mall) naik taksi mahal banget, sekarang cuma bayar Rp3.500,- deh"

-----

Orang : "Wah parah banget pembajakan di Indonesia. Mereka (Pembajak) nggak mikir apa ya kalo yang mereka lakuin tuh ngerugiin negara banget"

Orang lainnya : "Wah penjualan album kita turun gara-gara banyak kaset bajakan. Ckckck"

Orang lainnya : "Untung ya ada kaset bajakan, kita kan jadi mampu beli dan tetep dengerin lagu/film yang kita suka. Kalo yang asli kan mahal banget, mending buat makan deh duitnya"

-----

Orang : "Yah mau nggak mau, daripada stok barang itu kebanyakan, lebih baik kita kasih diskon besar"

Orang lainnya : "Ih asik bangeeeeeeet! Lagi diskon gede gitu tas itu. Akhirnya kebeli juga"

Orang lainnya : "Ah shit! Apaan nih diskon? Tau gitu gue kemaren nggak beli, mana mahal, eh sekarang malah cuma setengah harga"

-----

Terbuka kah pikiran kalian?

Senin, 31 Mei 2010

Bukan salah turis, turisnya yang bukan


Ada kisah konyol, tragis dan menggelitik dibalik foto saya dan teman-teman saya diatas. Berlokasi di Pelabuhan Sunda Kelapa, Saya dan kedua teman saya, Pelangi dan Q, berniat untuk mencari spot yang bagus, dalam rangka tugas kuliah broadscasting nya si Pelangi. Tidak ada yang aneh, awalnya, sampai kami bertiga tiba didepan gerbang utama pelabuhan tersebut.

Bapak satpam: "Eh eh eh kam hir ser (come here, sir!)"
Saya dan kedua teman saya kebingungan.
Bapak satpam: (muka nya bingung juga) "Ser turis ya?"

Wah rasanya mau ketawa guling-gulingan saat itu juga. Saya ngga ngerti apa emang muka saya ada aksen jepang atau cina gitu, atau temen saya yang dimaksud, atau apalah. Pas kita ngomong bahasa Indonesia (yaiyalah muka melayu gini pak, duh!), bapaknya langsung ngga interest gitu, ngga jadi dapat duit katanya. Saya jadi keingetan iklan di televisi, yang ada abang-abang bilang "Sama turis harus baik, biar devisa negara kita ningkat". Haha tapi mungkin harus ditambahkan kata-katanya, baik sama turis yang mana dulu ...

Kamis, 27 Mei 2010

Kata adik

"Kakak harus belajar yang bener di UI nanti, ga boleh main-main, ga boleh males. Pokoknya harus jadi orang yang sukses"

"Wah tumben omongan kamu baik"

"Iyalah, nanti kalo kakak sukses kan kakak yang biayain sekolah aku"

(Wah gamang sendiri jadinya)


Percakapan iseng di pagi hari.
Saya dan Putri Amalia Kartikasari, usianya baru 7 tahun, tapi ucapannya selalu terdengar lebih tua 5 tahun.

Senin, 24 Mei 2010

I will never end up like your dream girl

"Mungkin aku sudah kehilangan kamu, sejak beberapa musim kemarin, sejak aku sadar, mata aku ga pernah bisa memandang ke ribuan mata yang lain, sejak aku sadar, aku bisa melihat kamu di tengah kerumunan ratusan orang berkostum sama, dan sejak aku mencoba menaruh hatiku pada orang lain, di hari yang sebelumnya, aku masih menulis nama kamu di buku harianku. aku sudah sangat terlambat. Kalau nanti Tuhan ngelahirin aku kembali, aku akan cari kamu lagi, karena aku tahu, kamu yang terbaik buat aku."


Di copy dari http://chca.deviantart.com/journal/

Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang kita tahu

Apa ya?
Kisruh dalam dunia politik yang kian meruncing. Beberapa oknum yg mengaku sebagai atau mungkin memang begitu, mahasiswa datang menentang suatu hal yang marak saya dengar tentang 'lambatnya kinerja SBY'.
Di kiri terdengar dukung bibit chandra. Di kanan tersiar berita tentang sebuah restoran fastfood di Makassar di rusak oknum yang lagi-lagi, katanya adalah mahasiswa. Di dalam hati, apa yang dibela?
Hari ini hari korupsi. Saya ingat tadi pagi di putaran tugu tani ada seorang bapak polisi yang mengacungkan telunjuk dengan wajah beringas ke arah sebuah mobil yang nekat melintas. Saya jadi bertanya-tanya. Masa pagi-pagi pak polisi sudah cari 'mangsa'? Tapi pikiran jelek saya buyar seketika, kayak PSK yang kabur dikejar trantib.

'Oh maksudnya biar rombongan SATPOL PP yang berkacamata mahal dan bersiul menggoda saya terus itu bisa lewat duluan'
Ah saya jadi kebanyakan menggumam.

Sore hari, beribu desas desus dan berjuta asumsi terlontar di atas kaleng dengan roda yang berjalan. Ayo dibeli, kompas cenggoh, media indo serebu. Saya kurang tahu kenapa saya agak -sangat ingin mengecam setiap pembicaraan orang-orang. Kita menyebut Pak Presiden dengan julukan ES-BE-YE. Sungguh, saya jadi benar-benar berpikir apakah jabatan Presiden di negeri ini jadi sama atau bahkan tidak lebih penting dari jabatan seorang tukang sayur komplek rumah saya yang sering dipanggil Sarimin, padahal namanya Fahri. Haha. Ah lupakan. Merinding, dimana kita dengan entengnya menyebut nama julukan tersebut tanpa mengingat jabatan orang tersebut. Apakah rasa hormat sudah tidak ada lagi ? Apa kita harus kembali ke jaman dimana orang-orang yang melanggar pemerintah mati dengan gampangnya, cuma supaya kita hormat?

Saya bukan siapa-siapa dibanding kakak-kakak mahasiswa dengan almamater kuning, hijau, atau biru yang sering mejeng di tv itu. Dimana argumentasi bak kacang rebus. Dimana harapan memperbaiki negeri ini dituangkan secara demokratis, walaupun secara tidak sadar kita mungkin tidak berlaku demokratis terhadap orang yang kita hujat.
Maaf, saya merasa kecewa amat sangat. Kita bukan siapa-siapa, bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa. Tapi bukan dengan cara yang irasional. Demo hari anti korupsi hari ini, bukan 'Bersihkan Negeri Ini Dari Korupsi' editorialnya, seharusnya, tetapi 'Apakah kita semua tidak pernah korupsi?'. Keinginan yang sangat luhur, memprotesi korupsi di negeri ini tapi malah jadi kayak mencoba menebang pohon yang akarnya sudah merembet kemana-mana dengan cuma sekali tebasan golok, ah besok juga tumbuh lagi.

Makassar punya cerita lain lagi, sebuah restoran fastfood kena amuk mahasiswa. Dimana relasi hal tersebut dengan kasus korupsi? Pernahkah berpikir, yang mati nanti pegawai dengan seragam tolol-nya, bukan yang pakai dasi-nya.

Coba tanya kembali ke hati nurani kita, kita ini tahu apa? Apa kita cuma mengejar emosi kita yang menempatkan kita sebagai boneka yang digerakkan oknum X untuk menjatuhkan oknum Y? Lambat bukan berarti tidak berpikir dan cepat tidak berarti selesai. Coba direnggangin dulu urat dilehernya, tatap jaket almamater kita, mau jadi apa bangsa kita kalau semua masalah berujung lempar batu? Apa tingkat korupsi-nya menurun? Jawab sendiri.


Di copy dari note facebook saya, 09 Desember 2009.