Minggu, 22 Juni 2014

tigapuluhsatu huruf r

Saya ingin sekali menulis, tapi mulai darimana ya?

For the very first time in 3 years, I finally feel it again. Love and its worst feeling ever in this whole world.

Ada R. Selalu ada R. Setidaknya selama 930 hari kebelakang. R yang selalu mengajarkan pada saya makna sesungguhnya dari kalimat "perfect imperfection". Oh yeah. They said you never know, whether it's a jerk, liar, stupido or even the worst guy in the world, you just can't deny it, the four letters that sacrifice you a lot in life: love.

Masa depan dan semua hal tentangnya, -sebenarnya, lama-lama cuma jadi pikiran pribadi yang bikin mual. Pikiran yang nggak bakalan pernah sinkron sama apa yang ada di hati. Satu hati yang belum tentu bisa sinkron, gimana dua? Tahun ini saya 23. Tahun dimana semuanya bakalan mesti dipikirin pake logika, bukan hati. Ironisnya, mentingin logika bikin saya nggak bisa tidur nyenyak karna menyiksa hati, tapi mentingin hati bikin saya nggak bisa hidup sukses seperti apa yang saya cita-citakan selama ini. Serba salah. Bahkan diri saya aja nolak untuk mengerti ini.

Berbicara tentang R. Anggap saja ia berasal dari dunia yang luar biasa berbeda. Semacam film upside down? Mungkin. Ada kalanya, entah seberapa jauh R merasa melangkah, ia hanya bergerak beberapa inci dari sana. Entah seberapa keras R merasa beranjak, ia hanya tetap terpaku disana. Lalu saya bisa apa? Orang-orang yang suka sok bijak bilang perbedaan itu indah. Well, that's pretty much hard to accept anyway. Bagaimana caranya menerima disaat saya selalu mempertanyakan? Bagaimana caranya menerima saat saya selalu merasa berputar? Berputar mengelilingi tempat yang sama. Mengeluh pada semua hal yang sama. Menyakiti seseorang yang sama. R dan tentunya, saya sendiri.

Tulisan ini sebenarnya menyakiti. Tapi saya masokis.

Lanjut.

Saya nggak pernah tau, apakah R akan membaca ini atau tidak sama sekali saking muaknya. Saya mencoba menjelaskan hal-hal yang tidak pernah ia mengerti, bahkan saya sendiri pun nggak yakin kalau saya mengerti. Nyatanya, di satu hari kita menemukan titik itu, titik dimana kita harus berhenti sesaat untuk dapat tau, bisakah kita memulainya lagi atau tidak sama sekali?

Saya tidak cukup baik. Sebenar-benarnya nggak cukup baik.
I just wanna try to tell you this:
The love that I feel, that I'm still feelin', is more than what you thought and more than what I thought. The pain that we've got is more than you deserve and more than I deserve.
This is so right. This is so wrong.
Who am I to explain this complicated feeling?

Kamu adalah titik terjauh saya saat ini. Titik dimana saya harus beranjak pergi. Titik terberat yang akan selalu menarik saya untuk kembali. Titik yang akan menjadi saya menjadi yang lebih baik.

Saya terlalu sedih untuk lanjut mengetik.
Saya lagi luar biasa cengeng belakangan ini.
Mungkin lain kali.

I'm nothing but your previous page, R.
My 31 R.
But I don't wanna say goodbye for now.

Terima kasih, karena telah menjadi alasan untuk saya menulis lagi.
Kamu terlalu berarti dalam hidup saya untuk tidak ditulis.

:)